RumahJabodetabek.id – Penerapan PPKM darurat untuk mengontrol penyebaran pandemi Covid-19 akan berdampak pada bisnis properti. Situasi ini akan kembali memperlemah bisnis properti karena itu berbagai pihak harus mengantisipasi dan mempersiapkan situasi ini sehingga penurunan sektor ini tidak terlalu dalam.
Bisnis properti dengan kondisi yang masih terpuruk terjadi sejak lima tahun lalu dan kondisi tersebut masih belum menunjukan situasi yang stabil terlebih dengan adanya pandemi Covid-19. Untuk jangka pendek sektor properti sempat mengalami peningkatan tapi secara umum kondisinya masih fluktuatif.
Pada semester pertama tahun ini misalnya, sektor properti khususnya untuk pasar perumahan mencatatkan kenaikan lebih dari 12 persen untuk wilayah Jabodetabek. Kita tahu, Jabodetabek relatif mewakili 50 persen dari seluruh pasar properti nasional namun angka ini tetap belum menunjukan peningkatan yang stabil. Untuk sisa semester kedua tahun ini diperkirakan masih ada beberapa dampak negatif untuk sektor padat modal ini.
Menurut CEO dan Founder Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda, secara fundamental untuk sektor perumahan cenderung tidak ada masalah. Namun secara umum masih ada beberapa faktor penentu yang juga penting sekaligus berperan sebagai game changer.
Baca Juga :
PPKM Darurat di DKI Jakarta Mulai 3 Juli 2021
Cari Perumahan Syariah Tanpa Bank >> KLIK DISINI <<
“Game changer yang bisa terjadi untuk dunia properti tanah air saat ini yang terpenting yaitu efektivitas program vaksin dan meredanya pandemi. Selama hal ini belum bisa dikendalikan, pasar perumahan maupun bisnis properti secara umum masih akan terpuruk bahkan bisa lebih dalam pada sisa tahun ini,” ujarnya.
Seiring pasien Covid-19 yang terus bertambah dan pemerintah telah menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat yang lebih ketat, hal ini akan kembali memengaruhi pasar untuk melakukan penundaan membeli rumah atau wait and see.
Situasi faktor ketidakpastian yang tinggi seperti pada awal pandemi Covid-19 bulan Maret tahun lalu, catatan IPW menunjukan penurunan sektor properti mencapai lebih dari 50 persen. Penurunan ini terjadi bukan karena pasar yang kehilangan daya belinya tapi lebih karena pembatasan mobilitas yang ketat.
Berbagai pola dan penerapan marketing digital tidak bisa sepenuhnya diterapkan untuk produk properti karena umumnya konsumen harus melihat langsung produk unitnya maupun kawasan sekelilingnya. Umumnya lagi calon konsumen harus melihat beberapa tipe produk di beberapa lokasi untuk perbandingan sebelum memutuskan untuk membeli.
Karena itu Ali memprediksi, penerapan kebijakan PPKM darurat saat ini akan membuat pasar perumahan kembali melemah atau kalaupun tumbuh tidak akan besar. Untuk periode semester kedua 2021 ini setidaknya pasar akan kembali terkontraksi antara 5-10 persen dibandingkan tahun 2020 lalu.
Berbagai stimulus yang dikeluarkan pemerintah tentu akan membantu menstabilkan pasar namun selama pengetatan diberlakukan untuk jangka waktu yang lama, situasi peningkatan di bisnis properti juga tidak akan lama. Berbeda bila pandemi bisa mereda dan pengetatan dilonggarkan, berbagai stimulus yang dikeluarkan pemerintah justru bisa menjadi generator untuk mengangkat pasar.
“Sekarang masih banyak pengembang khususnya yang menengah dan kecil masih berjuang untuk merestrukturisasi utangnya. Akan ada banyak pengembang yang tidak bisa lolos kalau program restrukturisasinya gagal diperpanjang. Belum pengetatan akan memperlama situasi orang bekerja dari rumah (WFH), berbagai faktor ini harus bisa diantisipasi kalau kita tidak mau turun terlalu dalam,” bebernya.
Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah.com